-
PART 1 -
Aku terbiasa menyimpan perasaan dan menggunakan topeng untuk berinteraksi
Aku males banget buat beradu argumen, terlalu banyak adu argumen yang terjadi dirumah, jadi buat apa aku harus beradu argumen diluar rumah? Menyulitkan.
Apakah yang aku lakukan sudah benar?
Ntahlah, aku hanya tidak mengungkapkan kekesalanku, jika aku mau, mungkin aku bisa saja memakinya layaknya adegan drama ftv, namun sayangnya, aku lebih memilih untuk diam.
Apakah aku sudah mencoba untuk beragumen?
Tentu saja sudah. Aku mencoba menuntut, namun ntahlah, mungkin memang caraku yang tidak benar atau mungkin saja dia yang tidak benar, aku pun tak tahu. Namun, ketika aku menemukan seseorang yang terus merasa dirinya benar, tanpa bisa mem-blend argumen kami, aku lebih memilih untuk mundur dan meminta maaf untuk menyudahi argumen.
Kenapa aku melakukan itu?
Sudah ku bilang, aku hanya malas dengan adu argumen yang tidak jelas. Terlalu sering aku melihatnya. Terlalu sering pula aku mendapatkan argumen yang tidak terselesaikan dan dilanjutkan dengan kesedihan di kedua sisinya. Jika memang tetap harus berakhir dengan kesedihan, lantas, untuk apa harus tetap beradu argumen? Lebih baik ada yang mengalah untuk mengakhiri adu argumen tersebut kan?
Lalu, bagaimana dengan sekarang?
Ntahlah, aku pun tak tahu, kita tidak berhubungan *lagi, untuk kesekian kalinya. Dan biasanya, jika seperti ini setelah beberapa hari, ketika kita bertemu, kita akan merasa aneh dan aku akan membuka hpnya, dan aku akan mendapati dia memiliki chat yang berkelanjutan dengan seorang perempuan yang sama setiap kita seperti ini.
Apa aku cemburu?
Tentu saja. Kau pasti pernah mengalami memiliki teman yg "lebih" dekat kan? Namun, ntahlah, aku lelah dengan semua yang telah kita lakukan. Lagi pula, kau sudah punya pelarian, dan aku pun merasa tidak pasti dengan dirimu.
PART 2 -
Aku suka mendengar cita-cita seseorang, dengan mendengarnya, aku bisa membayangkan seseorang tersebut akan menjadi apa, kelak, dimasa depan
Namun ternyata, sudah 22 tahun ternyata
Diusia ku yang sekarang, bahkan sejak dibangku sekolah dulu, aku sudah sangat berfikir jauh kedepan, baik itu untuk cita-cita, pekerjaan apa yang akan aku kerjakan, bisa kah aku membagi waktu untuk diriku sendiri dan keluargaku, dan tentu saja, tentang pendamping hidup
Ibu ku selalu mengatakan bahwa "melihat laki-laki itu jangan dilihat dari kekayaannya sekarang, kekayaannya sekarang masih dari orang tuanya, lihat ilmunya, lihat sikapnya dan lihat agamanya"
Dengan bercermin terhadap keluargaku, aku setuju 1000 persen dengan kata-kata tersebut
Namun,
Menurut ku, untuk memilih seseorang yang akan menjadi tempat bernaung diberbagai hal baik itu dalam membagi keluh kesah, bahagia, kekecewaan bahkan gas kentut sekalipun, tentu kau ingin tau dia mau menjadi apa dimasa depan kelak kan?
Sebagai seorang wanita, aku tidak mau dipimpin oleh seorang pemimpin yang penuh keraguan akan dirinya. Jika ia ragu untuk menentukan dirinya sendiri, bagaimana ia bisa memimpin keluarganya?
PART 3-
aku menantikan lelaki yang beragama secara baik untuk Allah, dirinya, keluarganya dan lingkungannya
aku menantikan lelaki yang bekerja mengenal waktu untuk bermain dan turut mengikuti perkembangan anaknya
aku menantikan lelaki yang memintaku dengan cara terbaik pada waktu yang terbaik, tanpa membawa ku ke arah yang tidak baik..
bismillaahirrahmaanirrahiim :)
Aku terbiasa menyimpan perasaan dan menggunakan topeng untuk berinteraksi
urang tau banget, kalo nada ngomong maneh udah kaya gini, pasti lagi ada sesuatu yaHm, gimana ya..
Aku males banget buat beradu argumen, terlalu banyak adu argumen yang terjadi dirumah, jadi buat apa aku harus beradu argumen diluar rumah? Menyulitkan.
Apakah yang aku lakukan sudah benar?
Ntahlah, aku hanya tidak mengungkapkan kekesalanku, jika aku mau, mungkin aku bisa saja memakinya layaknya adegan drama ftv, namun sayangnya, aku lebih memilih untuk diam.
Apakah aku sudah mencoba untuk beragumen?
Tentu saja sudah. Aku mencoba menuntut, namun ntahlah, mungkin memang caraku yang tidak benar atau mungkin saja dia yang tidak benar, aku pun tak tahu. Namun, ketika aku menemukan seseorang yang terus merasa dirinya benar, tanpa bisa mem-blend argumen kami, aku lebih memilih untuk mundur dan meminta maaf untuk menyudahi argumen.
Kenapa aku melakukan itu?
Sudah ku bilang, aku hanya malas dengan adu argumen yang tidak jelas. Terlalu sering aku melihatnya. Terlalu sering pula aku mendapatkan argumen yang tidak terselesaikan dan dilanjutkan dengan kesedihan di kedua sisinya. Jika memang tetap harus berakhir dengan kesedihan, lantas, untuk apa harus tetap beradu argumen? Lebih baik ada yang mengalah untuk mengakhiri adu argumen tersebut kan?
Lalu, bagaimana dengan sekarang?
Ntahlah, aku pun tak tahu, kita tidak berhubungan *lagi, untuk kesekian kalinya. Dan biasanya, jika seperti ini setelah beberapa hari, ketika kita bertemu, kita akan merasa aneh dan aku akan membuka hpnya, dan aku akan mendapati dia memiliki chat yang berkelanjutan dengan seorang perempuan yang sama setiap kita seperti ini.
Apa aku cemburu?
Tentu saja. Kau pasti pernah mengalami memiliki teman yg "lebih" dekat kan? Namun, ntahlah, aku lelah dengan semua yang telah kita lakukan. Lagi pula, kau sudah punya pelarian, dan aku pun merasa tidak pasti dengan dirimu.
PART 2 -
Aku suka mendengar cita-cita seseorang, dengan mendengarnya, aku bisa membayangkan seseorang tersebut akan menjadi apa, kelak, dimasa depan
i close my eyes and i can see the world's that waiting up for meAku masih merasa aku hanyalah seorang bocah keriting dengan rok pendek yg berlari gemas mengejar balon sabun yang berterbangan ke udara
Namun ternyata, sudah 22 tahun ternyata
Diusia ku yang sekarang, bahkan sejak dibangku sekolah dulu, aku sudah sangat berfikir jauh kedepan, baik itu untuk cita-cita, pekerjaan apa yang akan aku kerjakan, bisa kah aku membagi waktu untuk diriku sendiri dan keluargaku, dan tentu saja, tentang pendamping hidup
Ibu ku selalu mengatakan bahwa "melihat laki-laki itu jangan dilihat dari kekayaannya sekarang, kekayaannya sekarang masih dari orang tuanya, lihat ilmunya, lihat sikapnya dan lihat agamanya"
Dengan bercermin terhadap keluargaku, aku setuju 1000 persen dengan kata-kata tersebut
Namun,
Menurut ku, untuk memilih seseorang yang akan menjadi tempat bernaung diberbagai hal baik itu dalam membagi keluh kesah, bahagia, kekecewaan bahkan gas kentut sekalipun, tentu kau ingin tau dia mau menjadi apa dimasa depan kelak kan?
Sebagai seorang wanita, aku tidak mau dipimpin oleh seorang pemimpin yang penuh keraguan akan dirinya. Jika ia ragu untuk menentukan dirinya sendiri, bagaimana ia bisa memimpin keluarganya?
PART 3-
jadi sebenernya apa yang mau km cari?aku menantikan lelaki yang dapat menatap mataku ketika aku membuka mata, tersenyum. memberikan keceriaan serta ketegasan disaat yang bersamaan
aku menantikan lelaki yang beragama secara baik untuk Allah, dirinya, keluarganya dan lingkungannya
aku menantikan lelaki yang bekerja mengenal waktu untuk bermain dan turut mengikuti perkembangan anaknya
aku menantikan lelaki yang memintaku dengan cara terbaik pada waktu yang terbaik, tanpa membawa ku ke arah yang tidak baik..
bismillaahirrahmaanirrahiim :)


Comments
Post a Comment